im Jaksa Penuntut Umum (JPU) menuntut mati pimpinan Jaringan Ansharut Daulah (JAD), Aman Abdurrahman. Tim Jaksa menilai Oman Rochman alias Abu Sulaiman bin Ade Sudarma alias Aman Abdurrahman mempunyai pengaruh dalam beberapa serangan teror di Indonesia.
Aman angkat bicara terkait tuntutan mati yang DOMINOQQ dilayangkan tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) tersebut. Pimpinan ISIS di Indonesia itu angkat bicara lewat nota pembelaan atau pleidoi atas tuntutan mati yang dilayangkan JPU.
Celotehan-celotehan Aman saat mengungkapkan nota pembelaannya dapat dikatakan cukup kontroversial. Berikut lima celotehan mengerikan Aman Abdurrahman pasca-dituntut hukuman mati oleh Jaksa.
1. Aman Abdurrahman Tidak Takut Dihukum Mati
Pada sidang pembacaan nota pembelaan, Aman Abdurrahman mengaku tidak takut divonis hukuman mati oleh Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Bahkan, dia mengaku telah siap atas vonis yang akan diberikan oleh Hakim.
Aman mempersilahkan Hakim memberikan vonis hukuman mati untuk dirinya. Menurutnya, apapun hukuman yang akan diberikan kepada dirinya merupakan perbuatan zalim.
2. Aman Pilih Mati Ketimbang Damai dengan Pemerintah
Aman Abdurrahman mengaku pernah dikunjungi oleh Peneliti bidang kajian Islam asal Srilangka, Prof Rohan. Prof Rohan merupakan peneliti yang bekerja untuk Pemerintah Singapura sekaligus Indonesia.
DOMINOQQ
Aman mengaku diajak Prof Rohan untuk berdamai dengan pemerintah. Ajakan Prof Rohan, kata Aman, dibumbui janji-janji manis. Namun, Aman menolak tawaran untuk berdamai.
Aman lebih memilih keluar dari penjara sebagai mayat alias mati ketimbang harus berkompromi dengan pemerintah. Dia lebih memegang teguh prinsipnya dibanding harus menerima tawaran damai.
3. Aman Anggap Kasusnya Sebuah Penjeratan Gaya Baru
Aman Abdurrahman membantah terlibat dalam beberapa aksi teror bom di Indonesia. Dia menganggap kasus-kasus yang dikaitkan dengan dirinya merupakan penjeratan gaya baru pertama di Indonesia.
AGENBANDARQ Pimpinan ISIS di Indonesia tersebut mengaku sama sekali tidak tahu menahu mulai dari peristiwa bom di Sarinah, Thamrin, ataupun ledakan di Kampung Melayu, Jakarta Timur. Sebab, kata Aman, saat peristiwa itu terjadi, dirinya sedang diisolasi di Lapas Nusakambangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar