Ketua Tim Cakra 19, Andi Widjajanto mengklaim Joko Widodo lebih memahami substansi debat mengenai tema pertahanan dan keamanan daripada Prabowo Subianto pada debat capres keempat. Tim Cakra 19 adalah salah satu tim pemenangan Joko Widodo - Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.
Andi mengatakan hal itu terlihat dari penjabaran berbagai hal mengenai TNI oleh Jokowi.
"Jokowi lebih paham TNI daripada Prabowo," ujar Andi dalam keterangan tertulis, Minggu (31/3).
Andi membeberkan ada tiga hal mengenai TNI yang tunjukkan selama debat. Pertama, Jokowi disebut mengetahui gelar baru mengenai TNI seperti Komando Gabungan (Kogab), Divisi 3 Kostrad, Komando Operasi Angkatan Udara III, dan Komando Armada 3.
Kedua, Jokowi menurut Andi juga mengetahui gelar satuan terpadu yang dilakukan TNI di Natuna, Morotai, Saumlaki, dan Biak.
Ketiga, Andi menyebut Jokowi mengetahui paradigma investasi pertahanan yang mengubah belanja militer untuk pembelian senjata menjadi alokasi anggaran untuk membangun industri pertahanan.
Ini menunjukkan Jokowi memiliki visi dan komitmen untuk menguatkan TNI untuk menghadapi perang teknologi dan perang siber masa depan. Sementara, Prabowo cenderung tidak percaya teknologi," ujarnya. dominoqq
Selain tak percaya teknologi, Andi mengaku heran Prabowo tidak memahami intelijen strategis. Ia menjelaskan intelijen strategis merupakan operasi merumuskan Perkiraan Keadaan (Kirka) dan beberapa skenario ke depan untuk dijadikan salah satu pertimbangan membuat kebijakan oleh Presiden.
Kirka, kata Andi, ditulis di beberapa produk strategis Kemhan dan TNI, seperti Analisa Lingkungan Strategis yang dikeluarkan dan dibahas secara rutin di Rakor Intel di Kemhan dan TNI setiap awal tahun untuk membantu perumusan kebijakan tahunan.
"Sebagai mantan perwira yang lama bertugas di Kopassandha, aneh banget kalau Prabowo tidak paham fungsi intelijen strategis," ujar Andi.
agenbandarq Di sisi lain, Andi tidak sepakat dengan tudingan Prabowo bahwa perwira TNI hanya menyampaikan hal yang membuat senang Jokowi selama ini atau Asal Bapak Senang (ABS). Tudingan itu, kata dia, seolah membuat TNI bekerja tanpa didasari etos kerja dan evaluasi kinerja yang terukur.
"Prabowo tidak paham bahwa ada target pencapaian Minimum Essential Force yang selalu dievaluasi per tahun yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan signifikan pembangunan kekuatan TNI sesuai Renstra 2024," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar